Alonso: Mourinho Sosok Pemersatu Madrid
13 tahun yang lalu
simple,krenz,cute,gagah,setia
PADA tahun 2004 ada dua komet yang bisa diamati dengan mata telanjang.
Hari ini, 7 Mei, salah satu komet itu mencapai kecerlangan maksimum.
Komet atau bintang berekor adalah anggota Tata Surya yang mempunyai
orbit hiperbola. Ekornya kian panjang bila mendekati Matahari. Begitu
panjangnya hingga bisa mencapai 150 juta kilometer, atau sejauh jarak
Bumi-Matahari atau biasa dinamakan 1 Satuan Astronomi (SA). Dengan
begitu komet bisa dibilang anggota Tata Surya terbesar.
Di tahun 2004 ada dua komet yang bakal bisa diamati dengan mata
telanjang, yaitu Komet C/2001 Q4 (NEAT) dan C/2002 T7 (LINEAR). Dengan
bantuan teleskop kecil dan binokular, kedua komet tersebut sudah bisa
diamati sejak Februari lalu. Mulai bulan Maret, baru bisa diamati
dengan mata telanjang setelah kecerlangannya lebih kecil dari 6
magnitudo semu.
Magnitudo adalah skala kecerlangan obyek langit yang terlihat oleh
pengamat, semakin kecil magnitudo maka akan semakin terang. Perbedaan
sebesar 5 magnitudo setara dengan perbedaan kecerlangan 100 kali. Obyek
terlemah yang bisa diamati oleh mata telanjang di langit memiliki
magnitudo 6,5. Sebagai perbandingan magnitudo semu matahari sebesar -
26,8 dan bintang langit malam terterang, yaitu Sirius sebesar - 1, 46.
Rata-rata bintang yang terang bermagnitudo dari 1 hingga 2.
Komet NEAT ditemukan pada 28 Agustus 2001 melalui program Near Earth
Asteroid Tracking (NEAT), saat itu magnitudonya 20 setara dengan 400
ribu kali lebih lemah dari bintang teredup yang bisa diamati dengan
mata telanjang. Namun, pada bulan April akan memiliki magnitudo sebesar
1-2 dan mencapai kecerlangan maksimum pada 7 Mei 2004, saat sejarak 48
juta kilometer dari Bumi. NEAT bergerak dalam arah rasi Canis Mayor,
melewati Cancer, dan tiba di arah Ursa Mayor pada akhir Mei. Bisa
diamati setelah matahari terbenam dari arah Barat-Utara bola langit.
Lalu, sekitar tanggal 12-16 Mei ada pemandangan yang menakjubkan
dikarenakan keberadaan empat planet terterang, yaitu Venus, Mars,
Saturnus, dan Yupiter di sekitar komet.
Adapun Komet LINEAR ditemukan melalui program Lincoln Laboratory Near
Earth Asteroid Research (LINEAR) pada 29 Oktober 2002 dan akan mencapai
kecerlangan maksimum 19 Mei 2004 pada jarak 40 juta kilometer dari
Bumi. Komet ini bergerak dari arah rasi Pisces melewati Cetus,
Eridanus, dan Lepus menuju Canis Mayor. Pada pertengahan April hingga
awal Mei, komet ini bisa dilihat pagi hari di arah timur. Setelah itu,
komet akan terlihat di arah Barat, setelah matahari terbenam.
Kedua komet tersebut bisa dinikmati pemandangannya selama bulan Mei
dengan mata telanjang bila kondisi langit cerah. Memasuki bulan Juni,
kedua komet tersebut menjauhi Bumi dan Matahari.
Asal-usul
Ternyata ada kepercayaan yang mengaitkan kedatangan komet dengan
munculnya bencana, seperti wabah, peperangan, dan paceklik. Dalam
rekaman Babad Tanah Jawi dikisahkan pertarungan keris pusaka Kyai
Sangkelat dan Kyai Condongcatur milik kerajaan Majapahit. Ternyata,
Kyai Condongcatur kalah dan ujung kerisnya patah. Kemudian oleh Prabu
Brawijaya, Raja Majapahit waktu itu, keris itu diperbaiki dengan cara
ditempa. Sesaat akan dipalu, Kyai Condongcatur melesat ke langit,
berubah menjadi komet dan mulai melakukan balas dendam dengan
menurunkan bencana.
Beberapa contoh yang mengaitkan komet dengan bencana adalah peristiwa
kedatangan Komet Ikeya-Seki pada tahun 1965 dengan G30S PKI. Lalu,
kejatuhan kerajaan Normandia pada tahun 1066 oleh kerajaan Inggris.
Kehadiran ilmu pengetahuan modern menjadikan manusia bisa memandang
kedatangan komet secara rasional. Yang menjadi pertanyaan kemudian
adalah dari mana asalnya komet itu?
Adalah seorang astronom Belanda, Jan Oort mengemukakan teori bahwa Tata
Surya dikelilingi awan dengan jari-jari antara 50.000 SA-100.000 SA.
Awan ini tersusun dari materi berukuran kecil yang menjadi tempat
pembentukan dan kemunculan komet. Untuk menghormati Jan Oort, awan itu
lalu dinamai Awan Oort, dengan perkiraan populasi komet sekitar seratus
triliun dan bermassa total 10-100 kali massa Bumi. Akibat gangguan
bintang-bintang sekitar Matahari terhadapnya, sebagian materi awan
jatuh ke bidang Tata Surya, selanjutnya tertarik oleh gravitasi
Matahari dan bergerak ke pusat Tata Surya.
Fred L Whipple, astronom dari Universitas Harvard, mengusulkan pertama
kali di tahun 1950 mengenai struktur komet yang berupa gumpalan es
kotor (Dirty Snowballs) berdiameter 1-10 kilometer karena tersusun dari
beragam senyawa seperti karbondioksida, sianida, amonia, metana, air,
serta berbagai macam logam yang bercampur dengan debu dan batuan.
Ketika komet bergerak mendekati Matahari pada jarak kurang dari 3 SA,
muncullah selubung gas dan debu yang berukuran 100.000 hingga 1 juta
kilometer, yang dinamai Coma. Dalam bahasa latin Coma berarti 'rambut'.
Dari kata inilah sebutan komet berasal. Gas dalam Coma beragam seperti
CO, CO, HCN, CH, CN, air dan formaldehid. Coma ini diselubungi oleh
awan hidrogen berukuran jutaan kilometer yang muncul dari disosiasi
radikal hidroksil (OH) akibat radiasi Matahari pada materi yang ada di
Coma.
Saat jarak komet kian dekat ke Matahari muncullah ekor komet akibat
partikel-partikel yang dipancarkan Matahari (embusan angin Matahari)
menguapkan materi yang menyelubungi inti komet. Ada dua jenis ekor
Matahari, yaitu ekor ion yang arahnya selalu menjauhi Matahari (segaris
arah Matahari-komet), dan ekor debu yang berarah melengkung ke
Matahari, akibat tarikan gravitasi Matahari. Meskipun ekor itu
sedemikian panjang, kerapatannya amat kecil, bahkan lebih kecil dari
kerapatan ruang hampa yang mampu dibuat di Bumi.
Semakin dekat ke Matahari, maka ekor komet kian panjang. Materi yang
hilang pun kian banyak. Sebaliknya, ketika menjauhi Matahari, ekor
komet memendek. Komet pun kembali ke bentuk semula, namun dengan massa
yang telah berkurang, ketika berada jauh dari Matahari menuju ke tempat
asalnya.
Namun, tidak semua komet memiliki nasib seperti itu. Ada komet yang
ditakdirkan hancur akibat gravitasi Matahari seperti Komet West yang
ditemukan pada tahun 1976. Selain gravitasi Matahari, juga ada yang
tertarik oleh gravitasi planet raksasa, Yupiter, yaitu Komet Halley.
Komet yang terkenal ini dihitung elemen orbitnya oleh astronom Inggris,
Edmund Halley, pada tahun 1705 dan ditemukan periode orbitnya yaitu
setiap 76 tahun sekali. Komet yang juga mengitari planet raksasa akan
memiliki bentuk orbit yang amat eksentrik, kelengkungannya besar.
Dalam catatan sejarah, pengamatan komet sudah dilakukan ratusan tahun
lalu. Seiring perkembangan teknologi pengamatan, penemuan komet semakin
banyak. Sudah ada ribuan komet yang ditemukan sekarang ini. Sering
komet diberi nama sesuai dengan nama penemunya, baik seorang, dua atau
lebih, bila ditemukan secara serentak. Contohnya Komet Shoemaker-Levy 9
yang sebagian materinya menabrak Yupiter pada tahun 1994. Komet itu
ditemukan oleh pasangan Eugene dan Carolyn Shoemaker serta David H Levy
pada 23 Maret 1993.
Tata cara penamaan lainnya adalah menurut tahun ditemukan dan diikuti
huruf kecil pada tahun ditemukannya. Misalnya, komet ketujuh yang
ditemukan pada tahun 2004 adalah 2004g.
Misi penelitian
Kandungan materi dalam komet menarik perhatian kalangan ilmuwan. Ada
pendapat bahwa sumber air dan materi organik di planet-planet berasal
dari komet. Dalam perjalanan melanglang ruang, komet mengumpulkan
mikroorganisme beku. Kemudian selama menuju Matahari, sebagian materi
itu dilepaskan lalu masuk ke Bumi dan berkembang di planet ini. Teori
ini disebut Panspermia.
Tidak seperti planet, asteroid, atau obyek di Kuiper Belt, keberadaan
komet seperti menyimpan banyak misteri. Hal itu dikarenakan jauh dan
luas tempatnya serta jumlahnya yang amat banyak. Selain itu, juga
karena tidak adanya jalur khusus orbit komet. Hal lain, materi komet
semakin berkurang, setiap melewati Matahari, lalu akan mati. Karena
itu, upaya penelitiannya menjadi begitu menantang. Sebagai contoh
kedatangan Komet Halley pada 1986 mengundang komunitas internasional
untuk melakukan penelitian seperti Uni Soviet dengan pesawat antariksa
Vega 1 dan 2, Badan Penerbangan Antariksa Eropa dengan Giotto, Jepang
dengan Sakigake, serta Suisei dan NASA dengan International Cometary
Explorer (ICE).
Yang teranyar adalah wahana antariksa Rosetta (diluncurkan 2 Maret
2004) untuk menyelidiki Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko selama dua
tahun. Rosetta akan mendaratkan instrumen ilmiah ke komet, yang saat
ini sedang mendekati Matahari, di tahun 2014.
Wahana lainnya adalah Stardust (diluncurkan 7 Februari 1999) yang
menyelidiki Komet Wild 2 dan akan membawa pulang ke Bumi contoh materi
koma dari komet ini pada 15 Januari 2006. Diduga, materi yang ada dalam
komet merupakan materi yang terbentuk di awal kelahiran Tata Surya 4, 6
miliar tahun lampau.
Copyright 2010 cardho kalit
Designed by CamelGraph |
Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com
Top Web Hosting | Web Development by WebDesigningCompany.Net | cpa websites
0 komentar:
Posting Komentar